Be an Ordinary Person with Extraordinary Personality

Kamis, 13 November 2008

Etika Keilmuan

Seorang ilmuwan mempunyai tanggung jawab utama baik terhadap dirinya sendiri, sesama ilmuwan, serta masyarakat. Tangung jawab tersebut adalah menjamin kebenaran dan keterandalan pernyataan-pernyataan ilmiah yang dibuatnya dan dapat dibuat oleh sesama ilmuwan lainnya. Untuk dapat melaksanakan tanggung jawab tersebut ilmuwan memiliki pedoman kerja sebagai watak yang harus melekat dalam diri seorang ilmuwan. Antara lain bekerja dengan jujur; tidak boleh menukangi data; bertindak tepat, teliti dan cermat; berlaku adil terhadap pendapat orang lain yang muncul terlebih dahulu; menjauhi pandangan berbias terhadap dat adan pemikiran ilmuwan lain; mampu menyelesaikan permasalahan yang dihadapi dengan tuntas.

Ilmu bukan saja menimbulkan gejals dehumanisasi namun bahkam mengubah hakikat kemanusiaan itu sendiri’ Oleh karena itu, seorang ilmuwan tidak boleh berhenti pada penelaahan dan keilmuan secar ibdividual namun ikut bertanggungjawab agar produk kelimuan sampai dan dapat dimanfaatkan oleh masyarakat. Seorang ilmuwan juga harus memiliki sikap sosial yakni konsisten dengan proses penelaahan keilmuan yang dilakukan. Dalam prosesnya ilmuwan harus mampu menyampaikan sesuatu kepada masyarakat luas dengan bahasa yang dapat mereka cerna. Dalam hal ini ilmuwan harus dapat memberikan perspektif yang benar: untung dan ruginya, baik dan buruknya, sehingga penyelesaian yang obyektif dapat dimungkinkan. Seorang ilmuwan harus tampil ke depan dan mempengaruhi opini masyarakat terhadap masalah tertentu yang perlu dipecahkannamun karena satu dan lain hal masalah itu belum muncul k epermukaan dan mendapat dukungan. Dalam hal ini, ilmuwan harus bertindak persuasif dan argumentatif berdasarkan pengetahuan yang dia miliki. Dengan kemampuan pengetahuannya seorang ilmuwan harus dapat mempengaruhi opini masyarakat terhadap masalah-masalah yang seyogyanya mereka sadari.

Pada dasarnya pikiran manusia bukan saja dapat dipergunakan untuk menemikan dan mempertahankan kebenaran namun sekaligus dapat dipergunakan untuk menemukan dan mempertahnakan hal-hal yang tidak benar. Berkaitan dengan hal ini, seorang ilmuean tidak menolak atau menerima sesuatu secara begitu saja tanpa pemikiran yang cermat. Ilmuwan harus berbicar dengan masyarakat sekiranya dia mengetahui ada suatu pemikiran yang keliru. Ilmuwan bukan saja sebagai penganalisis materi kebenaran namun juga sebagai prototipe moral yang baik. Berkaitan dengan ilmu dan teknologi yang merupakan salah satu sendi masyarakat modern, ilmuwan tidak boleh picik dan menganggap ilmu dan teknologi tersebut alpha dan omega dari segala-galanya, masih banyak sendi-sendi lain yang menyangga peradaban manusia yang baik.

Selanjutnya berbicara tentang etika ilmiah. Etika ini berkaitan dnegan janji yang diusulkan Dullaart, namun dalamkata-katanya penuhi dengan kata-kata yang batasannya dapat dikaburkan. Untuk mengelakkan adanya permainan kata dalam usaha menafsirkan kode etik ilmuwan itu, maka mau tidak mau kode etik itu harus dikaitkandengan sistem dosa. Intinya etika tersebut harus didampingidengan ketakwaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa supaya seorang ilmuwan tidak menyalahgunakan pengetahuan yang dimilikinya. Seorang ilmuwan secara moral tidak akan membiarkan hasil penemuannya dipergunakan untuk menindas bangsa lain meskipun yang mempergunakan itu adalah bangsanya sendiri. Seorang ilmuwan juga harus transparan, dia tidak boleh menyembunyikan hasil penemuannya apa pun bentuknya dari masyarakat luas serta apa pun juga yang akan menjadi konsekuensinya yakni tidak boleh memutarbalikkan penemuannya bila hipotesisnya yang dijunjung tinggi yang disusun di atas kerangka pemikiran yang terpengaruh preferensi moral ternyata hancur berantakan karena bertentangan dengan fakta-fakta pengujian.

Tidak ada komentar: