Be an Ordinary Person with Extraordinary Personality

Kamis, 13 November 2008

Siluet Wajah Dari Sebuah Nama


Bogor, kota seribu angkot saat hujan....(31 Oktober 2008)

Untuk sebuah nama yang tak sempat terucap. Untuk sebuah wajah yang tak sempat terlihat. Untuk sebuah hati yang tak bisa kululuhkan. Dan untuk sebuah apresiasi perasaan yang mendewasakan.

Kudengar petir terus saja menggelegar di angkasa sana. Aku tak tahu induksinya berada di arah mana. Timur, Barat, Utara, Selatan, atau arah yang tak terdefinisi. Petir itu seakan memarahiku. Marah karena aku marah. Aku berontak dnegan perasaan yang menggila. Perasaan yang terlalu tunduk pada ego, perasaan yang seharusnya tertata. Tapi? Sebuah nama yang susah untuk kudefinisikan membuatku bermain api di kilang minyak. Akhirnya api itu membakar diriku sendiri, menyulut amarah yang tak sepantasnya menyala.

Tidak ada komentar: