Be an Ordinary Person with Extraordinary Personality

Senin, 06 April 2009

Bukan Melupakan Tapi Mengikhlaskan

Persoalannya bukanlah apakah aku bisa melupakanmu atau tidak. Permasalahannya bukan pada waktu yang memberi andil kesempatan sebuah pertemuan. Bukan pula jejak langkah yang pernah kita lalui bersama. Serta tak juga tangis tawa yang selalu ada untukmu. Barangkali yang lebih tepat adalah apakah aku bisa mengikhlaskanmu? untuk satu atau beberapa alasan?
Egois jika aku memaksakan diri untuk memiliki. Meski asaku tak memungkiri keinginan itu, tapi aku selalu berusaha menepisnya. Aku ingin melihatmu bahagia, tertawa, merdeka dalam hidupmu. Aku selalu berharap terus mendengar apa pun tentangmu, agar kutahu bahwa kau tak bersedih.
Aku tak peduli seberapa tak acuh dirimu padaku, ataupun seberapa malas kau tahu tentangku. Yang aku pedulikan adalah dirimu, ketenanganmu tanpa aku.
Tak pernah habis kenangan tentangmu, tak pula pupus harapku untuk jejaki sisa hari. Tak pernah terhapus bayangmu, tak pula lengah pikiranku.

Aku, Aku, Aku... mengikhlaskanmu meski kau tak tahu untuk apa aku melakukannya. Meski kau tak peduli aku tetap terus berusaha mengikhlaskanmu.

Tak letih kusebut namamu dalam doaku,
Tak lelah pula kucari tahu kabarmu, karena aku ingin dengar kau selalu bahagia.
Bahagiamu, senyumku.

Tidak ada komentar: