Be an Ordinary Person with Extraordinary Personality

Rabu, 16 Februari 2011

REMEMBER YOU


Hari ini, akhirnya kita akan bertemu setelah sekian lama hanya bisa melantunkan rindu melalui gelombang suara. Seperti apa kamu sekarang sayang? Masihkah dengan polahmu yang membuatku jatuh hati sejak pertemuan kita yang pertama dulu? Susah kuutarakan seperti apa kamu, masihkah dengan pesona kesahajaanmu yang membuatku memendam kagum selama bertahun-tahun sejak pertemuan kita yang pertama, dulu? Atau seperti apa kamu sekarang, sosok yang bisa membuatku berada di suatu kondisi bernama jatuh cinta?

Kepada kamu, cinta itu,
Ingin kuawalkan dan kuakhirkan


Sayang, seringkali aku tersenyum sendiri mengingat tingkahmu atau saat membuka kembali pesan-pesan singkatmu di handphoneku. Aku tak bisa sembunyikan bahagiaku saat malam kamu menelponku dan bilang ”aku kangen”. Dan hari ini, beberapa jam sebelum kita bertemu, aku berusaha mengumpulkan energi lebih supaya aku tidak kaku saat menatapmu. Ini adalah kali pertama aku menjumpaimu dalam suasana pribadi, bahkan ini adalah kesempatan pertama yang meyakinkanku bahwa kau nyata. Mencintai dan dicintai bukan lagi mimpi yang aku idamkan tapi menjadi realita yang ingin kita bangun bersama.

Sepertinya wajahku bersemu merah, jantungku berdetak melagukan rasa bahagia yang aku sendiri bingung apa maknanya. Kau tersenyum dari jauh dan kulambaikan tanganku ke arahmu. Rasa-rasanya aku ingin segera menyongsong hadirmu dengan salam hangat dan kecupan takzim di punggung tanganmu. Tapi aku harus melambatkan gerakanku supaya salah tingkahku tak terlihat. Kucium punggung tanganmu yang penuh dengan kerja keras itu, tangan yang semakin mengukuhkan pendirianku untuk tak hanya mencintaimu, tapi juga menghormatimu.

Akhirnya tiba juga saat kita bercerita, sungguh seperti mimpi yang menjelma nyata....

Saat aku merasa begitu lelah, suaramu seperti aspirin yang melegakan rasa pusing di kepala ini. Kau begitu istimewa, tak cukup kata untuk mengungkapkan betapa aku mencintaimu. Aku jatuh cinta pada teduh matamu yang memancarkan ketulusan hati dan niatmu. Teduh mata yang menyejukkan dan meruntuhkan keegoisan. Tutur katamu begitu lembut dan mempesona pendengaran, tapi tidak picisan.

Berhari-hari dalam dekapan rindu atasmu, membuatku ingin semakin mendekati Tuhan. Jika ada kata terima kasih yang bisa kusampaikan, barangkali tak cukup untuk mewujudkan syukurku atasNya yang telah memberiku kesempatan meraih kasih dan cintamu. Kau yang meruntuhkan gerbang penantianku akan cinta. Kau menjelmakan ketulusan dalam setiap tindakan, mewujudkan kelembutan dalam setiap ucapan.

Sayang, ingatkah dengan deras hujan yang mendera perjalanan jauh kita malam itu? Perjalanan yang membuat kita gigil dalam dingin, tapi itu adalah pintu yang mengawali kebersamaan kita. Perjalanan itu membuat kita mengerti, bahwa jalan menuju kebahagiaan bisa jadi tak semulus harapan kita. Tanpa kita sadari di tengah jalan bisa muncul hambatan, entah kerikil yang terserak dan membuat roda kehidupan kita oleng, atau pun hembusan angin yang membawa hujan deras tepat menerpa wajah kita. Cobaan itu pasti terjadi, karena Tuhan menjanjikan kebahagiaan dengan perjuangan. Aku berdoa dan akan berusaha sebaik-baiknya untuk menyusun kebahagiaanku bersamamu. Berharap, semoga kita bisa mengalunkan melodi dan irama cinta di setiap helaan napas yang kita hirup.

“Wahai Sang Pencipta Hawa dari tulang rusuk kiri Adam, jadikan dia akhir pencarianku akan asal tulang rusuk kiriku. Amin.”
-------------------------------------------------------------------------------

P.S. Untuk AF, terima kasih atas ketulusan, keteduhan, dan kasih sayang yang senantiasa terjaga.

Tidak ada komentar: