Be an Ordinary Person with Extraordinary Personality

Rabu, 23 Februari 2011

GUBRAKK

Selasa pagi, setelah begadang hingga pukul 3 dini hari...

Terburu-buru masuk kamar mandi untuk mengambil air wudhu, ibadah Subuh sudah kelewat siang dibanding kokok ayam meskipun suaranya tak pernah kudengar di lingkungan kosanku. Ada janji pukul delapan pagi untuk bertemu dengan dosen pembimbing skripsi. setelah solat aku berpikir dan membuka-buka kembali catatanku perihal penelitian skripsi. Rasanya proses begitu panjang:

-Semester 3 harus bikin tulisan ilmiah yang dijadikan tugas akhir sebelum UAS di mata kuliah Berpikir dan Menulis Ilmiah

-Semester 5 harus penelitian kecil-kecilan di masyarakat dan membuat proposal 'bayangan' skripsi secara individu.

-Semester 6 harus mengambil mata kuliah KKP (kuliah kerja profesi), tujuannya untuk elaborasi masalah di masyarakat dan bersama-sama memecahkannya. Tujuan khususnya lagi 'semoga' memeperoleh topik untuk skripsi dan bisa embali lagi ke lokasi.

-Semester 7 pontang-panting ari referensi studi pustaka yang harus selesai satu semester. Aku sendiri baru bisa dapat topik setelah sebulan semedi dan mencoba mencari apa yang menjad minat studiku. Teng teng: diperoleh satu judul "perubahan struktur sosial ekonomi di desa dataran tinggi", draft 1 dan 2 disetujui. Rumusan masalah sudah oke. Draft 3 ketika hampir final: sebaiknya judulnya diganti (otomatis ada pembahasan yang harus menyesuaikan)--> "perubahan struktur agraria di desa dataran tinggi". Akhirnya 29 Januari 2011 disahkan sebagai studi pustaka TURASIH. walaupun kurasa ada yang aneh dengan pembahasannya (minatku ke bidang agraria tidak terlalu bagus).

-Masuk semester 8, label mahasiswa semester akhir menguatkan stigma untuk segera lulus. setelah nilai semester 7 keluar, hasrat untuk segera menyelesaikan proposal penelitian membuncah. Lagi-lagi, penelitian kepentok pada metode yang diharuskan menggunakan pendekatan kuantitatif. Setelah penjajagan ke lokasi penelitian, perubahan strukur agraria di desa dataran tinggi terlalu riskan jika harus dikuantitatifkan (atau sepertinya aku yang masih terlalu tolol). Berhari-hari dipusingkan dengan sebaiknya apa yang harus aku ambil untuk skripsiku. Oh my God, di satu sisi pengen cepet lulus dan di sisi lain AKU NGGAK MAU PUNYA KARYA YANG ECEK-ECEK. Bukan berarti perfeksionis, tapi nggak pengen sia-sia masa belajar selama 4 tahun. Dan hari ini (selasa), akan kudiskusikan kebingunganku dengan dosen pembimbing skripsiku.

Daaannnnn... Jam 8 dengan langkah cepat berjalan ke ruangan dosen. Menunggu kurang lebih lima belas menit, dosen mempersilahkan masuk. Curhat pun dimulai...

"Bapak, saya kesulitan jika harus mencari data perubahan struktur agraria. Saya harus menentukan momen perubahan yang dijadikan titik analisis data nantinya."
Sungguh merasa sedang pengakuan dosa. Dosen pembimbing mejawab dengan bijak dan menanyakan alasannya..

"Saya sudah studi penjajagan, dan karakteristik lokasi penelitian kurang tepat dengan tema itu, saya juga kesulitan untuk metode yang diharuskan kuantitatif, sedangkan untuk penelitian struktur agraria tersebut lebih cenderung kualitatif" nampaknya dosen pembimbing memahami problemku (atau sebenarnya miris, betapa bodoh mahasiswa bimbingannya:().

Kemudian kulanjutkan curhat:
"Tiga hari ini saya berpikir keras untuk menentukan arah studi saya pak, saya berpikir untuk meneliti tentang pola relasi aktor."

Kening dosenku berkerut (mungkin semakin miris dengan pemikiranku). studi pola relasi aktor terlalu makro untuk tataran S1. Aku diam dan memeras otak...

"Mungkin amu bisa spesifikkan aktor menjadi petani laki-laki dan perempuan" kata dosenku.

GUBRAKKK.. studi Gender adalag salah satu studi yang paling aku hindari. Tidak terlalu tertarik, dan akan jadi fatal kalau aku ambil. Aku tidak berminat.

"Maaf Pak, tapi saya kurang tertarik dengan studi gender."
[Maaf pak , jika saya terlalu bodoh untuk saat ini, saya hanya tidak mau penelitian saya hasilnya amburadul].

DAN SAMPAI DI UJUNG CURHAT...
Aku masih harus menentukan arah penelitian yang lebih kuantitatif.


to be continued...

Tidak ada komentar: