Be an Ordinary Person with Extraordinary Personality

Minggu, 04 April 2010

The Spectrum of Feeling PART IV

Ucapan itu lirih, tapi sesungguhnya sangat keras dan memekakkan telinga. Perempuan memang punya segala cara untuk membuat lawannya iba. Aku benci tangisan. Sungguh, jika aku tak malu sesungguhnya ingin kutampar dia, membekap mulutnya, dan mengatakan padanya bahwa dia tak lebih dari jalang yang mengusik kehidupanku. Tapi sayangnya, jalang itu kucintai.

Perkenalkan, aku laki-laki, aku maskulin, aku tidak bisa berdiam diri dengan hanya satu wanita. Terlalu munafik jika aku katakan bahwa hanya ada satu wanita yang aku suka. Aku senang berpetualang, juga pada banyak hati. Aku kurang berminat berbicara tentang kesetiaan, karena kesetiaan itu mematikan. Kesetiaan akan melahirkan kecemburuan, dan cemburu itu menyesatkan. Orang bisa membunuh karena gelap mata sebab cemburu. Namaku Geo. Itu jika kamu mau tahu. Sayangnya, perempuan itu melankolis dan sangat cemburuan, kecuali untuk beberapa kasus, ada juga yang menyerang dan agresif. Perempuan punya ekspektasi lebih tentang kesetiaan. Bagi laki-laki, jangan pernah bermain-main kata, atau menjanjikan sebuah kebersamaan untuk selamanya jika kau hanya singgah sementara dan mau menikmatinya saja. Perempuan itu akan minta kau menikah dengannya, berumah tangga, dan melahirkan banyak anak.

Jika akan ada banyak wanita yang menggugatku, mungkin itu laku yang sia-sia. Aku selalu fair dalam mendekati wanita, merajut kisah sehari atau beberapa jam dengan mereka, pasti kuungkapkan terlebih dahulu bahwa aku bukan laki-laki yang rela jatuh pada pelukan satu wanita saja.
****

Pertemuan itu tak sengaja, seperti sebuah kecelakaan waktu. Entah pula, aku yang sangat rasional merasa berharap bahwa kecelakaan itu akan kembali terjadi meski hanya sekedar bisa menyapanya sebentar. Bisa saja langsung kutemui dia, tapi kuingin semuanya natural, aku ingin dia juga merasa perlu bertemu denganku. Gadis itu, cukup bisa membuatku merasa kalah. Dia istimewa dengan sisi-sisi pribadi yang tak dibuat-buat. Tapi rasa-rasanya aku tak perlu banyak memujinya. Aku tidak mau jatuh cinta. Aku merasa bahwa kita tidak selalu bisa selalu menentukan kepada siapa kita harus jatuh cinta. Dia gadis istimewa, Maharani namanya. Dia tak tahu, aku -si playboy- sedikit memujinya.

Tidak ada komentar: